dan peta-peta pun hanya sesaput angin yang berlayar, dalam remang
hanya kita nan menua tersapu gelombang, hanya seketika
lalu pupus jadi ruap-ruap buih di pantai
... hati nan berpasir getir gurindam ditelan
O kekasih kenapa kau anjungkan juga surat itu
selaras senapang rumpun-rumpun dendam nan tak bersilsilah
aku karam, aku garam
padahal lah kuarungkan bunga pelangi ke dermaga
asing dalam ruang matamu nan kelam
tiada mercusuar hanya pagu-pagu dan
tapal batas warisan kolonial di caruk tana gambut
hingga pulau-pulau dan semenanjung gemeretak terjala api
serta senandung melayu kemayu tercampak sunyi laut yang surut
jiran tak lagi bertitian, kita membibitkan perang di angan
ketika usia masih kelana udara
O cuma tersisa suwir luka lama kini gurat angkasa, lihat
dan pantai-pantai mengintai curiga di terang bulan
aku jualah nan terlalu kalut cemburu
cindaimu terlalu sulut picu rahasia silam pualam
ya, kita mungkin tak lagi sepasang kekasih
peta di tangan lah sama terbakar lapuk, buta saling menyamun
jiran?
ah, jiran apa nan hanya pelihara pasang
dan orang-orang tuai kesumat angin jadikannya badai, lumat buih pantai
titian terkulai
O puti, kita ternyata hanya sebatas bendera
nanti pastilah kan patah jua
Tanah Pilih Pseko Batuah, Jambi; 09/10